• Juara I FUAD
  • visi misi ilmu hadis
  • hmj ilmu hadis

Prodi Ilmu Hadis Sukses Mengadakan Acara Seminar Internasional dan Bedah Buku

24 Desember 2021

Pekalongan, Program Studi Ilmu Hadis IAIN Pekalongan sukses mengadakan acara Seminar Internasional dan Bedah Buku ‘Metode Pemahaman al-Qur’an dan Hadis antara Liberal dan Salafi’ karya Dr. Adis Duderija bekerjasama dengan El Bukhari Institute.

Acara ini diadakan pada hari Kamis 23 Desember pada pukul 09.00 dan berakhir pada 12.30. Kegiatan yang bertajuk Seminar Internasional dan Bedah Buku diisi oleh tiga orang narasumber, pertama Dr. Adis Duderija penulis buku, kedua Abdul Aziz, MA sebagai penerjemah buku dan ketiga Dr. Arif Chasanul Muna, Lc., MA sebagai pembedah buku. Serta dipandu oleh moderator saudara Masrur Irsyadi dari Lembaga El Bukhari Institute.

Seminar ini dimulai sebagai pemateri pertama Dr. Adis Duderija. Ia memaparkan buah pikirannya mengenai dua tujuan di balik penulisan buku ini; pertama, membandingkan metode pemahaman al-Quran dan sunnah antara Muslim Salafi Neotradisional dan Muslim Progresif; kedua, menjelaskan bagaimana perbedaan pada tataran metode pemahaman ini berimplikasi pada perbedaan pandangan soal apa artinya menjadi perempuan muslim yang ideal dalam kacamata agama dan apa yang disebut mu’min dan muslim. Lebih jauh, Adis juga menjelaskan tentang konsep Salaf dan peran sunnah. Menurut Adis, Muslim Salafi Neotradisional selalu mengidentikan sunnah dengan hadis sahih, dan mempersempit makna sunnah hanya terbatas pada hadis sahih. Padahal di era Islam awal, sunnah meliputi semua tradisi dari Nabi yang terpelihara, dan tidak selalu harus terkodifikasikan ke dalam kompedium hadis sahih. Sunnah yang bersifat rasional dan kontekstual ini cukup hidup di dua abad pertama perkembangan pemikiran Islam. Hanya saja, kata Adis, sunnah dalam pengertian selanjutnya selalu diidentikan dengan hadis sahih yang selalu merujuk pada Nabi.

Menurut pandangan Adis tentang pemahaman metode al-Qur’an dan Hadis yang diusung oleh kelompok muslim Salafi, bahwa perempuan dipandang sebagai obyek yang memiliki perhatian besar di masyarakat. Baginya perempuan harus dibatasi ruang lingkupnya, harus menggunakan jilbab, menutup wajah mereka. Serta dalam konteks pernikahan perempuan mesti patuh kepada suaminya.

Sedangkan paparan yang disampaikan oleh pemateri kedua Abdul Aziz, ia melihat bahwa buku yang ditulis oleh Adis sebagai buku yang layak dikonsumsi. Bahkan, buku tersebut menurutnya dapat memberikan kecerdasan bagi pembacanya. Karena, pembaca dibawa oleh penulis untuk membandingkan dua pandangan kelompok Muslim progresif dan Muslim Salafi. Abdul Aziz menegaskan bahwa istilah ‘Salafi’ yang digunakan oleh Adis dalam bukunya yaitu Salafi Wahabi.

Kemudian paparan ketiga disampaikan oleh Dr. Arif Chasanul Muna, Lc.,MA yang melakukan bacaan kritis terhadap buku yang ditulis oleh Adis. Menurut Arif, buku yang ditulis oleh Adis merupakan buku yang terjun pada bidang living Qur’an dan living hadis. Catatan pertama yang dikritisi oleh Arif yaitu mengungkapkan bahwa muslim progresif dan mulslim Salafi masih belum jelas. Adis menyebutkan standar tentang dua kelompok tersebut. Kedua, ia menyebutkan bahwa dua kelompok yang dikomparasikan oleh Adis dalam bukunya merukan dua kelompok yang anti mazhab. Dan ketiga, menurutnya, bahwa penulis buku memiliki kecondongan kepada kelompok muslim progresif dan banyak melakukan kritik pada saat menjelaskan tentang muslim Salafi.

Sumber: Yahudi-Kristen itu Muslim? Simak Jawabannya dalam Hasil Bedah Buku Metode Pemahaman Al-Quran dan Hadis antara Liberal dan Salafi - Kliksaja Sumsel     

 

Galeri Video

We use cookies to improve our website. Cookies used for the essential operation of this site have already been set. For more information visit our Cookie policy. I accept cookies from this site. Agree