Penyebaran Hadis oleh Kaum Wanita Pada Masa Nabi SAW

06 Mei 2019

Pengajian Rasulullah SAW di masjid tidak hanya dihadiri oleh sahabat kaum laki-laki, melainkan juga dihadiri oleh sahabat dari kaum wanita. Mereka ikut serta mendengarkan hadis-hadis yang disampaikan oleh Rasulullah SAW, serta mengahadiri perayaan besar seperti shalat ‘Ied. Di antara mereka keluar dari rumahnya, berjalan menuju masjid demi mendengarkan nasihat yang disampaikan Nabi SAW.

Penyampaian hadis yang dilakukan oleh Nabi SAW setelah di hadapan para kaum laki-laki, Nabi berpindah ke jamaah kaum wanita, serta menyampaikan hadis kepada mereka diiringi pengajaran dan nasehat. Tak bisa dipungkiri bahwa pengajian Rasulullah SAW mayoritas dihadiri oleh kaum laki-laki. Karena itulah, ada di antara salah satu sahabat wanita memberanikan diri untuk menyampaikan permintaan kepada Nabi SAW agar menyediakan satu hari khusus menyampaikan hadis kepada mereka dan Nabi pun mengabulkannya.

Permasalahan yang disampaikan oleh Nabi SAW di dalam pengajian bersama kaum wanita tidak hanya membahas persoalan keagamaan saja, akan tetapi juga menginjak ke perkara kehidupan lainnya. Terlebih lagi rata-rata dari mereka baru saja masuk Islam. saat mereka bertanya urusan agama mereka tidak malu, bahkan perkara yang ditanyakan di luar perkara agama. Karena pada prinsipnya mereka paham bahwa dalam belajar tidak perlu malu untuk bertanya. Kebiasaan yang mereka ungkapkan saat ingin bertanya kepada Rasulullah didahului dengan ungkapan “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu mengenai suatu kebenaran”, baru kemudian mereka melanjutkan dengan hajat pertanyaannya.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari pada kitab Sahihnya dikisahkan, “Apakah seorang wanita harus mandi besar jika ia bermimpi”. Keberanian seperti ini banyak dilakukan oleh para wanita Anshar, sehingga Aisyah r.a, memujinya dengan mengatakan “Sebaik-baik perempuan adalah kaum Anshar, rasa malu tidak menghalangi mereka untuk memperdalam ilmu agama”. Sedangkan di antara mereka yang malu bertanya secara langsung, maka mereka bertanya melalui isteri-isteri Nabi SAW, menjadi perantaranya demi meminta jawaban dan penjelasan dari Nabi SAW.     

Maka, dapat dipahami bahwa para periwayat hadis dari sahabat kaum wanita sudah ada sejak masa Nabi, namun jumlah mereka tidak sebanyak periwayat hadis dari sahabat kaum laki-laki.

Referensi: History of Hadith, Historiografi Hadis Nabi dari Masa ke Masa

Karya, Muhammad Abu Zahw

We use cookies to improve our website. Cookies used for the essential operation of this site have already been set. For more information visit our Cookie policy. I accept cookies from this site. Agree