Print this page

KETUA JURUSAN ILMU HADIS MENJADI PEMATERI DI KEGIATAN ISPT (ISLAMIC STUDENT PATRIOTISM TRAINING)

24 Agustus 2019

Sabtu kemarin (24 Agustus 2019) , ketua jurusan Ilmu Hadis, Hasan Su’aidi, menjadi pembicara pada acara Islamic Student Patriotism Training (ISPT) yang diselenggarakan di Gedung Diklat Pemkot Pekalongan. Acara ini diikuti oleh 45 peserta perwakilan dari Madrasah Aliyah, SMU dan yang sederajat, di antaranya MAN Insan Cendekia Pekalongan, SMA 4, SMA 2 dan lainnya.

Tema besar yang disampaikan pada kegiatan tersebut adalah Islam dan NKRI Menuju Pelajar Berjiwa Nasionalis Religius, dengan beberapa Sub Tema antara lain; Memahami hubungan Agama dan Negara, Sejarah Singkat Masuknya Islam di Nusantara, Peran Ulama dalam Kemerdekaan Indonesia dan Cinta Tanah Air.

Dalam paparannya, Hasan Suaidi menjelaskan bahwa Negara dan Agama tidaklah bertentangan. Meskipun tidak dapat dipungkiri, paling tidak ada 4 teori dalam melihat hubungan antara agama dan Negara yaitu Pancasila, Teokrat, Sekuler dan Liberal. Pancasila sebagai dasar Negara, tidak mempertentangkan antara agama dan Negara. Pancasila memandang bahwa hubungan antara Negara dan agama adalah bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berketuhanan yang maha esa. Maka, setiap warga memiliki hak asasi untuk memeluk dan menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing, tidak ada tempat bagi atheisme dan sekulerisme, karena hakikat manusia kodratnya sebagai mahkluk Tuhan, tidak ada tempat bagi penentang agama, golongan agama, antar dan inter pemeluk agama serta pemeluk agama, tidak ada tempat bagi pemaksaan agama karena ketakwaan bukan hasil paksaan bagi siapapun juga. Oleh karena itu, harus memberikan toleransi terhadap orang lain dalam menjalankan agama dalam Negara serta segala aspek pelaksanaan juga penyelenggaraan negara disesuaikan dengan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, terutama norma-norma hukum positif maupun norma moral, begitu pula bagi negara maupun moral para penyelenggara negara. Hubungan antara agama dan Negara senada dengan apa yang disampaikan oleh Imam al-Ghazali;

المُلْكُ وَالدِّيْنُ تَوْأَمَانِ فَالدِّيْنُ أَصْلٌ وَالسُّلْطَانُ حَارِسٌ وَمَا لَا أَصْلَ لَهُ فَمَهْدُوْمٌ وَمَا لَا حَارِسَ لَهُ فَضَائِعٌ.

Sementara itu, terkait dengan sejarah maskunya Islam di Nusantara, ia mengungkapkan jika terdapat tiga teori yang membahas terkait pembahasannya, yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia. Dari ketiga teori tersebut, teori Gujarat yang selama ini yang lebih populer, yang kemudian terpatahkan dengan teori Makkah, di mana Islam saat itu masuk ke Indonesia sejak abab I H atau abad ke VII M. Alasan lain yang dikemukakan oleh pengusung teori ini antara lain, sejak dulu orang-orang Makkah mempunyai tradisi berdagang. Oleh teori ini dikemukakan, bahwa mereka singgah di Gujarat, yang artinya penyebar Islam di Nusantara bukanlah orang-orang Gujarat.

Berkaitan dengan peran ulama dalam kemerdekaan Indonesia, Hasan Suaidi mengutip apa yang diungkapkan oleh sejarawan Prof. KH. Ahmad Mansur Suryanegara yang menyatakan:

Soekarno tidak mau memproklamirkan Kemerdekaan Republik Indonesia karena dihalangi Inggris, bahwa Indonesia akan dibuat seperti Hiroshima dan Nagasaki, tapi didorong dan didesak oleh para Ulama agar Soekarno berani segera memproklamirkan Kemerdekaan Negara dan Bangsa Indonesia, karena menurut pendapat para Ulama saat itu (bertepatan dengan hari Jum’at legi tanggal 9 Ramadhan 1364 H bertepatan tanggal 17 Agustus 1945 M), apabila tidak segera Memproklamirkan Kemerdekaan Negara dan Bangsa kita sekarang, maka kita harus menunggu kemerdekaan Negara dan Bangsa ini selama 300 tahun mendatang”.

 

Terakhir mengenai cinta tanah Air, ia mengatakan bahwa Cinta Tanah Air (Hubbul Wathan) tidaklah bertentang dengan ajaran agama Islam. Banyak dalil ajaran agama yang mengajarkan tentang Cinta Tanah Air. Dalam konteks kebangsaan dan keagamaan “Hubbul Wathan Minal Iman” menjadi sebuah konsep yang strategis.    Seperti dijelaskan  di dalam kitab Dalil al-Falihin Syarh Riyadh ash-Shalihin jilid 1 halaman 27 disebutkan: “Maka semestinya bagi orang yang sempurna imannya membuat kemakmuran akan tanah airnya dengan amal saleh.” Bahkan dalam kitab Jami’ ash-Shaghir jilid 1 bab huruf Ta’ halaman 222, Rasulullah Saw. bersabda: “Jagalah dirimu dari bumi, maka sesungguhnya bumi itu adalah ibumu.”Hadits ini merupakan perintah untuk menjaga diri sendiri dan ibu pertiwi (tanah air) dari tindakan-tindakan negatif yang muncul dari diri sendiri maupun dari luar.

Al-Hafidz Ibn Hajar berkata:

وفي الحديث دلالة على فضل المدينة ، وعلى مشروعية حب الوطن والحنين إليه

Dengan dasar-dasar tersebut, maka Hubbul Wathan tidak bertentangan dengan ajaran agama secara umum. (HS & AAM).

We use cookies to improve our website. Cookies used for the essential operation of this site have already been set. For more information visit our Cookie policy. I accept cookies from this site. Agree